Aku hampir mati rasa. Semua laki-laki berlalu lalang didepan mata. Mengantar asa dan beberapa tawa. Tetapi tidak ada yang pernah bisa sehebat anda. Kita dekat tanpa rencana, tanpa mengetahui bahwa satu tahun adalah waktu paling panjang untuk mengukir banyak canda dan melahirkan banyak luka. Dan satu tahun yang terlalu singkat untuk berjuang sampai disini saja, seperti detik ke lima puluh lima untuk mengucap kata pisah.
Kamu tahu Sayang? Disini tak banyak yang kulakukan. Selain membalas beberapa pesan dari pria yang berulang kali mengucapkan kata cinta. Dan meladeni setiap canda. Mereka semua, atau beberapa mungkin bisa memberiku kenyamanan. Mereka berjuang memberikan perhatian untuk setiap rasa yang bernama entah. Tetapi tidak ada yang seperti anda.
Aku bukan tidak pernah mencoba untuk melupa. Hanya saja anda terlalu banyak mencipta rasa. Membuatnya menjadi beranak pinak—melahirkan banyak rindu yang tak diketahui berapa jumlahnya.
Dan entah kenapa setiap luka yang kamu buat selalu mengering dengan lekasnya. Mungkin cinta ini terlalu besar hingga bisa menutupi semua duka. Duka yang aku buat, kecewa yang kamu rasa. Kamu tak akan pernah tahu betapa sakitnya. Melihat seseorang yang kita cinta berlalu pergi dengan membawa segenggam amarah dikepalanya, setumpuk kecewa dihatinya, dan mungkin berliter air mata yang tak ia tunjukkan. Pernah terfikir bagiku, untuk memperbaiki segala kesalahan dan memohon kesempatan yang kesekian. Namun tidak Sayang. Aku sudah terlalu banyak memperhatikan. Kamu yang ceria kutemukan saat kamu bersama wanita lainnya. Bukan padaku. Sakit memang. Namun bukankah cinta tulus itu tidak mengharapkan balasan? Iya. Aku lebih suka kamu bersama mereka. Kamu yang bisa menjadi dirimu sendiri. Kamu yang terlihat bahagia dengan senyum itu. Percayakah kamu? Aku bahagia melihat kamu bahagia. Walaupun hanya melihat.