Hari ini akan menjadi hari paling bersejarah bagi Apek, karena ia akan menyatakan cinta pada sahabat sejak ia masih menjadi embrio; Amoy. Apek berdiri menatap kaca sambil sesekali mengoleskan minyak jelantah ke rambutnya. Setelah sekian lama, akhirnya keberanian itu muncul juga. Dengan tergesa-gesa Apek mengambil kunci motor vespa-nya yang tergeletak di atas meja dan berjalan keluar rumah.
Sesampainya di taman, Apek menghampiri Amoy yang tengah duduk di sebuah kursi. Wanita dengan lesung pipit itu mengumbar senyum menyambut kedatangan Apek, giginya yang jarang di tengah bak jalan tol membuat Apek hampir mimisan karena terpesona.
Iya begitulah cinta.
"Udah lama nunggu ya?" kata Apek seraya duduk di sebelah wanitanya itu.
"Hmm lumayan."
"Oh sorry, tadi aku nyebokin adekku sebelum datang kesini." kata Apek dengan perasaan grogi.
"Enggak apa-apa kok, aku juga nungguin kamu sambil gigit rumput biar gak bosen." jawab Amoy penuh senyum. Rambut gimbalnya yang terurai indah tertiup angin membuat Apek semakin tak berdaya.
"Moy, aku mau ngomong sesuatu."
kata Apek menatap Amoy dalam-dalam.
"Ngomong apaan?"
"Aku selama ini suka sama kamu." jawab Apek dengan nada ragu-ragu.
"Kenapa kamu suka sama aku? Bukannya selama ini kita berteman?" Amoy mengernyitkan alisnya.
"Aku udah suka sama kamu dari pertama kali ngeliat kamu jemurin baju di belakang rumahmu." jawab Apek polos.
"Hmm terus?"
"Terus setelah tahu kita ternyata satu sekolah, aku jadi lebih suka dan berani untuk ngedeketin kamu. Yaa walaupun hanya sebatas teman gak apa-apa. Aku senang selama ini dekat sama kamu."
"Aku senang kamu berani untuk ngungkapin perasaan kamu ke aku Pek, tapi aku selama ini gak pernah nganggep kamu lebih. Toh di hatiku juga sudah ada orang lain."
"Siapa, Moy?" tanya Apek menahan letupan di dadanya.
"Dia Angga, temen sekolah kita yang sering juara karena suka bikin karya seni dari permen karet bekas itu lho."
"Dulu mungkin aku punya perasaan yang sama seperti kamu, tapi aku gak melihat tanda-tandanya atau memang mungkin aku yang gak peka. Tapi dia lebih berani ngungkapin perasaannya jauh sebelum kamu Pek."
Apek terpaku. Iya. Dalam hal ini memang tidak ada yang bisa disalahkan, semuanya hanya perihal waktu.
Amoy berdiri, melangkah menjauhi Apek meninggalkan taman lalu lama-lama menghilang. Apek sedang berusaha menata perasaannya saat ini. Hari sudah semakin senja, matahari hendak bertugas di belahan bumi lainnya. Apek yang masih terduduk di bangku taman akhirnya memutuskan untuk pulang. Membawa luka dan cinta.