Malam sayang.. Bagaimana kabarmu hari ini? Apakah seninmu menyebalkan?
Ketika aku menulis beberapa kalimat diatas sambil membayangkan raut wajahmu, tiba-tiba Handphone ku berdering. Tergesa dan bingung aku menjawab panggilan darimu. Suara mu yang lembut menyapaku dari ujung pulau sana menanyakan hal-hal kecil yang menurutku sangat standar tapi membahagiakan. Saat kutanya mengapa menelponku malam-malam begini kamu tidak menjawab. Dengan begitu lugunya aku berkata 'kangen ya?' saat itu juga kamu tertawa kecil. Mungkin bodoh juga aku berfikiran bahwa kamu menelfonku karena pedihnya menahan rindu tapi mungkin memang itulah yang terjadi padamu. Tunggu dulu, padamu? Bukankah yang kau alami itu terjadi padaku juga? Apakah aku terlalu munafik?
Aku tidak heran oleh sikapmu yang tiba-tiba berubah menjadi sosok perhatian setelah perpisahan kita. Aku selalu menganggap mungkin belum terbiasa bagimu untuk tidak mengetahui kabarku, tetapi terlalu asing juga jika tetap berhubungan dan mengetahui bahwa kita tidak lagi saling terikat.
Percakapan manis pukul 10 malam itu benar-benar berhasil membuatku jatuh cinta lagi padamu untuk yang kesekian kalinya.
Kamu bercerita bagaimana lucunya kicauan ku di twitter mengenai dirimu seakan kerinduanku adalah sesuatu yang pantas untuk ditertawakan. Dan aku juga berkomentar tentang isi mention-mu dengan beberapa wanita yang tidak kukenal. Tapi menurutmu itu adalah hal yang wajar.
Kamu selalu seperti itu, selalu mencari sosok yang bisa menggantikan posisiku setelah perpisahan kita walaupun kau tahu usahamu tidak akan berhasil dan akhirnya akan tetap menangis saat menghubungiku dan berkata bahwa akulah yang paling kau cintai.
Sayang.. telingaku seperti sudah tuli tidak ingin mendengar kau mengemis karena aku tahu ucapanmu itu seperti angin malam yang menyejukkan namun akan lenyap ketika fajar menyingsing. Ketika bahkan berpuluh kali kuberi kau kesempatan kita akan tetap berpisah karena masalah yang sama.
Aku muak Sayang.. Aku muak dengan jarak dan rindu ini. Yang sepertinya selalu berhasil menambah alasan perdebatan kita. Yang tak henti-hentinya kita ungkit keberadaannya. Terkadang aku berpikir apakah ini kesalahanku yang telah berkelana terlalu jauh darimu, ataukah ini memang cobaan atas cinta kita? Aku tidak pernah tau rahasia Tuhan. Tuhan memang hebat, dia bisa menciptakan jarak untuk memisahkan dua insan yang saling menyayangi namun dia juga terlalu agung menciptakan rindu yang lebih luas daripada jarak itu sendiri.
Namun aku selalu percaya jika cinta diantara kita benar ada Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan.
Apa kabar Sayang
"Yaudah kita putus"
"Yaudah kita putus"
Hanya itu kalimat terakhir yang kudengar dari ujung telefon. Kalimat dari suara bariton khas seseorang yang sangat familiar ditelinga ku. Bahkan aku bisa tidur nyenyak hanya dengan mendengar suara itu.
Suara dari seseorang dengan tubuh tinggi semampai dan hidung bangir keturunan sumatera itu. Ia benar-benar membuatku buta sekaligus bisa melihat dalam satu waktu menunjukan padaku bahwa cinta itu benar ada. Ia yang membuat nafasku seakan berhenti dan jantungku berdegup kencang hanya dengan menatap matanya. Sosok dengan sejuta kesederhanaan dan kepolosan yang kadang membuatku tertawa hingga melupa bahwa ia adalah seorang yang lebih dari teman.
Tapi itulah dia, yang selalu bisa membahagiakanku dengan caranya sendiri, tanpa limpahan materi ataupun rupa yang trendy. Yang membuatku jatuh cinta dengan begitu indahnya. Ia bukanlah orang yang pandai bernyanyi ataupun membuat puisi, tapi ia adalah orang paling tulus yang selalu mencoba membahagiakanku dengan usahanya sendiri.
Diantara jarak ribuan kilometer ini memang tidak ada yang bisa kita lakukan selain memeluk dengan doa. Terkadang rindu itu memuncah ruah pecah menjadi tetesan diujung mata. Ketika sosok yang terbiasa mengucap selamat pagi kini tak bisa dengan mudah kukecup lagi.
Mungkin jarak ini merubah sifatmu menjadi pencemburu egois yang hanya menilai kedekatanku dengan mereka menurut sudut pandangmu saja. Yang menganggap bahwa aku melupakanmu ketika bersuka-ria bersama mereka.
Aku tidak semurahan itu. Aku bukan tak ingat padamu, hanya saja aku ingin menerima kenyataan bahwa tak setiap menit bisa kita habiskan bersama, tak setiap waktu kala kau ingin bertemu denganku kita bisa langsung bertatap mata.
Saat kau bilang tak percaya padaku aku tak bisa berucap, hanya air bening hangat yang mengalir dipelipisku lah yang mampu menjelaskan semuanya, saat bibir tak sanggup berkata. Yang kupikirkan saat itu adalah apalagi yang lebih sia-sia selain setia tetapi tidak dipercaya.
With You
Aku tidak pernah tau isi hatimu Tuan. Aku hanya bisa mencintaimu dengan cara yang paling pengecut. Karena aku tahu, dihatimu sudah ada seorang yang lain, dan kaubilang tak ingin mengkhianati dia yang mempercayai. Tetapi Tuan, jika benar dihatimu sudah ada sosok yang tak bisa kau ganti, bolehkah aku wanita lancang ini meminta sedikit tempat bergolek dihatimu? Hanya untuk sekedar menikmati hangatnya rengkuhmu dalam beku, cumbumu dalam sendu, dan indahnya kau rindu?
Aku masih tidak mengerti Tuan, oleh sikapmu yang terkadang hangat seperti mentari pagi lalu berubah menjadi derasnya hujan yang dingin menusuk relung hati. Jika memang dihatimu ada orang lain, lalu kenapa berulang kali setiap aku mencoba untuk tak menghubungimu kau selalu mengucap kata rindu membuat dirimu semakin mengiang disetiap sudut otakku. Lalu mengapakau tidak pernah menolak ketika kupeluk, kenapa tak kau coba menhindar ketika kugenggam jemari tanganmu yang besarnya dua kali lipat dari tanganku?
Benarkah aku sudah mencuri perhatianmu Tuan? Benarkah kita sudah sejauh ini? Benarkah kau rasakan denyut yang sama dan seirama denganku? Entahlah.. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam. Cara mencintaimu yang menurutku paling berani. Dan yang paling pecundang menurut orang lain.
Kehilangan Sosokmu
Hari ini seperti biasa aku menjalani hari membosankanku tanpamu. Dengan segala aktivitas yang tidak berubah setiap harinya. Semua monoton, seperti bisa kutebak. Tidak ada lagi kejutan kecil yang selalu kau isi setiap harinya.
Hati ini seperti tak terhenti aktivitasnya. Selalu mencari bayangan semu tentangmu, mengais perhatian yang dulu hanya tercurah untukku seakan tak pernah ada orang lain yang bisa menikmatinya selain aku; permaisuri dihatimu. Tetapi sekarang semua hilang seperti istana pasir yang tergerus debur ombak, istana didalam hati yang selama ini kita bangun dari cinta, tangis, dan rindu. Jarak ini seakan iri pada kita; iri pada setiap perjuangan yang telah kita korbankan demi satu nama. Tapi, apakah masih kusebut perjuangan jika hanya aku yang berjuang sendiri? Tentu tidak Sayang.
Kau bilang sudah muak dengan sikapku, kau bilang hubungan ini butuh pertemuan, kau bilang tidak bisa membahagiakan seorang wanita jika ia hanya bayangan semu.
Aku mengerti Sayang. Cinta bukan hanya sekedar mencurahkan perhatian melalui pesan singkat, ataupun melepas rindu dengan percakapan manis diujung telefon. Tapi belakangan ini kau berubah. Kerapkali kau mengucapkan kata kasar dan seisi taman safari disela-sela perdebatan kita. Beberapa kali juga kudengar kau sempat dekat dengan beberapa wanita. Kau tahu Sayang apa yang kurasakan saat itu? Tentu kau tak tahu. Karena sesungguhnya bukan jarak yang memisahkan kita, tapi sikapmu pada mereka.