Copyright © Amelia Nur Amanah
Design by Nobel Nugraha
Minggu, 05 Januari 2014

With You

Ketika berdua denganmu jemariku terasa kaku, bibirku kelu, dan hatiku beku. Mata yang seakan bicara denganmu, detak jantung yang terus berderu, dan bisikan lirih dalam hatiku. Aku seakan menikmati momen seperti ini; ketika bahkan sepatah kata, sebuah kalimat, maupun ribuan paragraf tak mampu menjelaskan getaran aneh yang dirasakan oleh dua insan ini. Iya. Mungkin terlalu dini untuk menyebut ini cinta. Tapi, Tuan? Benarkah yang kurasakan ini juga kau rasakan? Benarkah semua yang kutuliskan pada layar segi empat ini sama persis seperti yang kau alami? 

Aku tidak pernah tau isi hatimu Tuan. Aku hanya bisa mencintaimu dengan cara yang paling pengecut. Karena aku tahu, dihatimu sudah ada seorang yang lain, dan kaubilang tak ingin mengkhianati dia yang mempercayai. Tetapi Tuan, jika benar dihatimu sudah ada sosok yang tak bisa kau ganti, bolehkah aku wanita lancang ini meminta sedikit tempat bergolek dihatimu? Hanya untuk sekedar menikmati hangatnya rengkuhmu dalam beku, cumbumu dalam sendu, dan indahnya kau rindu?

Aku masih tidak mengerti Tuan, oleh sikapmu yang terkadang hangat seperti mentari pagi lalu berubah menjadi derasnya hujan yang dingin menusuk relung hati. Jika memang dihatimu ada orang lain, lalu kenapa berulang kali setiap aku mencoba untuk tak menghubungimu kau selalu mengucap kata rindu membuat dirimu semakin mengiang disetiap sudut otakku. Lalu mengapakau tidak pernah menolak ketika kupeluk, kenapa tak kau coba menhindar ketika kugenggam jemari tanganmu yang besarnya dua kali lipat dari tanganku? 

Benarkah aku sudah mencuri perhatianmu Tuan? Benarkah kita sudah sejauh ini? Benarkah kau rasakan denyut yang sama dan seirama denganku? Entahlah.. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam. Cara mencintaimu yang menurutku paling berani. Dan yang paling pecundang menurut orang lain. 

1 komentar: