Aku terduduk menikmati semilir angin laut yang dingin yang tak lebih beku dari sikapmu. Sambil menatap plafon dunia yang dihiasi cahaya yang tampak lebih kecil dari ukuran sebenarnya karena jarak. Iya. Mungkin kamu layaknya taburan bintang itu, yang akan tetap indah meski terhalang jarak dan tak bisa kugapai. Tapi selalu setia memperhatikanku dari balik awan-awan.
Aku termenung disini duduk disebuah lesehan makanan dengan taburan selai kacang kesukaanku. Dengan suara deru kendaraan, penggorengan, dan semerbak bumbu khas jawa yang kental aku mencoba mengingat satu tahun yang lalu.
Saat dimana hujan menahan kita berdua disebuah ruko kecil sepulang sekolah. Yang semula ruko itu ramai oleh anak-anak lain yang juga berteduh karena cuaca siang itu sungguh tak bersahabat kemudian satu per satu pergi saat hujan mulai mereda.
Kita berdua masih bertahan disitu seperti tak ingin kehilangan momen, saat aku ingin berlari dan mencoba melawan hujan kamu melarangku. Kamu menggenggam tanganku erat-erat menghembuskan angin hangat dari bibirmu yang tebal, kejadian itu sangat jelas teringat seperti tertulis di setiap sel otakku. Dengan baju yang lembab kita berjalan beriringan, menggenggam tangan, sesekali bermain dengan hujan dan genangan air. Seragam sekolah yang basah kuyup waktu itu seperti tak terasa karena kehangatan dihati kita masing-masing.
Mungkin hal seperti itu tidak akan terjadi lagi setelah aku memutuskan untuk pergi kedunia yang belum kukenal, daerah yang jauh dari pandanganmu, dan tempat orang asing berlalu-lalang dihadapanku. Tahukah kau Sayang bahwa aku selalu merindukan jejakmu disini? Merindukan setiap hal yang biasa kau lakukan, gayamu saat makan dan tutur bahasamu, terlebih lagi saat kamu tersenyum dan melingkarkan jemarimu dijemariku.
Lebih rindu lagi kepada harum rambut dari kepala yang biasanya bergolek manja dikedua pahaku, kecupan dikening sebelum pamit pulang setelah puas bermesra seharian denganku.
Aku mungkin tidak sesuci malaikat ataupun semulia dan seagung Tuhan untuk mengetahui isi hatimu sekedar ingin tahu adakah terselip sedikit rindu dihembusan nafasmu.
Yang aku tahu adalah saat aku duduk bersila dihadapan Tuhan setelah selesai menunaikan beberapa rakaat perintah dari-Nya aku selalu menyelipkan namamu untuk selalu dijaga oleh-Nya, oleh pelindung terbaik sepanjang masa. Agar hatimu ditabahkan fisikmu disehatkan kehidupanmu dilancarkan dan fikiranmu ditenangkan agar tak khawatir karena aku juga selalu dijaga oleh-Nya.
Tahun sudah berganti, hari dan bulan juga seperti tak lelah untuk terus berjalan. Kita masih dalam perjuangan masing-masing, perjuangan untuk membuat anak cucu kita tidak akan merasakan bahwa hidup ini terlalu keras. Perjuangan menata masa depan yang bukan hanya sekedar baik tapi juga indah.
Untukku, kenangan dan kamulah yang seakan menjadi suplemen bahwa aku harus lebih baik dari hari ini. Semangat agar waktu cepat berlalu untuk berjumpa denganmu dan menceritakan hal-hal hebat yang sudah aku lalui selama ini.
Mungkin aku memang sempat termenung disetiap perpisahan kita, tapi setelah aku menangis dan berteriak seperti bocah kecil yang kehilangan mainannya aku akan tersenyum lagi bahkan senyum yang lebih merekah dari sebelumnya layaknya pelangi setelah hujan dan badai karena aku selalu percaya cinta akan membawamu kembali padaku diwaktu yang tidak hanya tepat namun juga indah.
Tunggulah sebentar lagi Sayang.. Kumohon bertahan sedikit lagi.. untukku..
0 komentar:
Posting Komentar