"Aji jangan ganggu!" suaraku merengek manja.
Disalah satu sudut kelas sekolah dasar, teman sebangku-ku; Aji. Ia tak pernah bosan mengganggu. Mungkin mengerjai orang adalah hal yang wajib dilakukan setidaknya sekali dalam sehari.
"Aji jangan ganggu!" pekikan-ku lebih keras lagi. Ia masih sibuk mengerjai aku yang sedang menulis dan ber-haha-hihi dengan riangnya.
"Aji! Kalo lo masih ganggu gua cium lo!" aku mengancam. Oke, mungkin ancaman ini terlalu vulgar untuk seorang gadis kecil yang belum genap berumur enam tahun.
Dia tetap tertawa dengan suara khas-nya. Aku mengulang ancamanku. Dan akhirnya kecupanku mendarat di salah satu pipinya. Ia terdiam mematung. Seisi kelas menertawakan dan meledek bersamaan.
Aku bodoh.
***
20 Februari 2014.
Seseorang mengirim pesan di-facebook-ku. Aji Saka Putra. Pesan yang kubalas sekenanya dan dia berbicara seperlunya. Dia meminta nomor telefon-ku. Aku fikir selalu ada dia dalam perjalananku itu adalah musibah yang besar. Ternyata tidak juga, teman. Dia selalu memberikan warna yang berbeda dalam kanvas-ku.
Tapi satu hal yang tak pernah bisa kujelaskan tentang dirinya hanyalah satu; perasaannya.
Dia selalu sulit ditebak. Satu malam dia bisa memanjakan aku dengan kata-kata. Namun lusa bisa saja ia tak terdengar kabarnya.
Setelah perhatian yang Ia berikan akhir-akhir ini dan kata rindu yang kami ucap tanpa henti. Ia masih membuatku selalu merasa bingung.
Pernah suatu sore kami berdebat dan ku bilang kita memang selalu berbeda pendapat. Dia dengan enteng menjawab "Jadi gak akan pernah nyatu ya?" . Aku diam. Aku menangis dalam diam.
***
"Eh kok lo sekarang dipanggil aji sih?"
"Iyalah gua dari smp emang dipanggil Aji, cuma sd aja gua dipanggil Saka" Ia terbahak.
"Cuma lo doang yang manggil gua Saka" sambungnya.
"Lo berubah ya" keluhku.
"Iya gua sekarang udah banyak berubah,kan?" tekannya.
"Tapi bagi gua lo itu tetep Saka, Saka gua yang dulu!" bentakku. Ia diam.
Dia memang banyak berubah. Dia yang sekarang bukanlah yang kukenal dulu. Dulu ia adalah seorang yang tertutup hampir tak terbaca apa yang ia fikirkan dan apa yang ia mau.
Sekarang ia adalah seorang atlet silat yang mengoleksi piala dan medali, lelaki yang mulai menunjukan jati diri. Termasuk kepada wanita. Kepada aku, tentunya.
Dia lah yang mengisi kekosongan ku akhir-akhir ini. Dia juga tempatku mengubah tangis jadi tawa, tawa menjadi lebih bahagia. Dia tak pernah lupa bagaimana cara menyenangkan ku.
Mungkin dia lah lelaki yang selalu datang tanpa diminta dan tanpa kuberi kode terlebih dahulu. Dia selalu seperti itu. Entah ini kesukaannya atau rencana-Nya.
Entahlah.
Kedatanganmu yang kesekian kali ini kumohon jangan untuk sementara.
Seperti waktu-waktu sebelumnya.
Selamat datang (kembali) cinta pertama.
0 komentar:
Posting Komentar