Malam dunia..masihkah setia dengan gelapmu? Seperti aku yang juga setia pada bintangku?
***
Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Terlalu letih dengan pekerjaanku sendiri. Hingga tak sempat menulis cerita singkat yang (biasanya) berasal dari hati.
Sore ini aku terbangun dari tidurku. Memandang sejenak kelangit-langit kamar sambil mengumpulkan tenaga untuk beranjak agar kepala tak terasa berat. Melangkah gontai ke arah dapur untuk menengguk segelas air dan kembali ke pembaringan. Kulirik jam dinding yang terus berdetak seperti jantungku ini yang tak lelah berhenti hingga akhirnya nanti.
"Ah..aku masih terlalu penat!" gumamku dalam hati.
Ku-cek Handphone yang sedang di-charge. Tidak ada pesan darimu maupun tanda-tanda kau merindukanku.
Entah ini detik yang keberapa sejak saat pertama aku mulai mencintaimu dan sudah berapa banyak rasaku padamu. Cinta bukanlah sesuatu yang dapat dikalkulasikan kan, Tuan?
Rindu yang tak lagi dapat terbendung, rasa dan asa yang juga tak habis dimakan waktu.
Masihkah kusebut ini bukan sebuah ketulusan?
Kamu terlalu sulit kugapai, terlalu fana kugenggam, terlalu tidak nyata kurasakan. Namun aku bisa dengan mudah memberi percaya. Aku sudah terlalu banyak berkorban hingga tak bisa lagi membedakan mana ketulusan dan mana kebodohan.
Jika benar cinta itu memang kebodohan lalu mengapa kebodohan itu sangat membahagiakan? Orang bilang jatuh cinta itu indah, tetapi tak tahukah kau bahwa yang namanya jatuh tetaplah jatuh Ia akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi tak tahu juga-kah kau bahwa jatuh tak selamanya sakit. Kau hanya harus jatuh ditempat yang tepat—kasur misalnya. Tidak, Tuan. Aku tidak sedang bergurau. Itu mengartikan bahwa kita hanya harus jatuh cinta pada orang yang dapat membuat kita nyaman, tempat kita ingin bersandar lebih lama, dan tempat satu-satunya kita ingin mengabiskan malam.
Dan kepada orang yang mampu membuat kita ingin mencoba lagi walau sudah gagal beberapa kali, kepada yang membuat kita tersenyum walau tahu sudah membuat tangis kesekian kali.
Orang bilang "Buat apa pacaran kalau jodoh Tuhan yang menentukan?"
Bukankah pacaran itu adalah usaha? Dan bukankah Tuhan bilang jika kita ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha dan berdoa? Kita hanya perlu terus berusaha Tuan, lalu serahkan semuanya pada Tuhan.
Aku terlalu lelah berdiri diatas kedua kaki-ku. Aku ingin sesekali ada yang menopangku ketika aku jatuh, ingin sesekali menumpahkan tangis dibahu, walau kutahu sosokmu terlalu semu untuk melakukan semua itu.
Teruntuk "bintangku" berjanjilah padaku bahwa kau akan hidup lebih baik dari ini. Belajarlah dari pengalamanmu sendiri dan jangan gagal lagi. Beribadah lebih rajin lagi.
I (always) love you.
0 komentar:
Posting Komentar